Selasa, 12 Juli 2016

Aku tahu, tapi aku diam

Kamu fikir aku dengan mudah percaya lagi dengan segala mulut manismu? Tidak. Aku tahu segalanya tentang kehidupanmu saat ini, apakah aku yang mencari tahu? Tidak. Semua ditunjukkan padaku begitu saja. Mungkin memang sudah takdirnya untuk aku tidak bersama orang yang salah lagi.

Mungkin kamu fikir, aku tidak tahu bahwa kamu sudah menyuruh seseorang “stay” dikehidupanmu untuk bisa move on dariku? Mungkin kamu fikir aku tidak tahu, bahwa kamu sudah bilang “lvyu” pada dia? Aku bahkan sudah memiliki buktinya. Namun saat ku tanyakan padamu, aku berpura-pura saja tidak tahu. Jawabanmu apa? Kamu tidak mengatakan hal itu padanya.

Ini masih permulaan, kamu sudah membuatku kecewa lagi. Kamu sudah mempunyai niat untuk menyakitiku lagi. Aku sangat kasihan pada wanita yang disana. Yaaaa.. yang mungkin masih belum mengenal sepenuhnya tentang dirimu, namun sudah memberikan kepercayaan seutuhnya padamu! Apa yang kamu lakukan padanya? Kamu memperdaya dia!

Kamu ingin menghancurkan hidup wanita baik-baik lagi? Masih belum cukup kamu menghancurkan kehidupanku hingga seperti ini? Entahlah, dimana letak hati nuranimu?

-Kepercayaan bukanlah sesuatu yang dapat dimainkan-

“Semanis apapun sebuah hubungan, pasti akan berujung perpisahan”

Setiap ada kata “Hai” kita juga harus sudah siap dengan kata “Goodbye”. Ya, hidup memang selalu seperti itu. Orang-orang akan silih berganti datang dan pergi. Mungkin yang tertinggal hanya sebuah kenangan. Melupakan? Tentu tidak akan bisa. Jangan berusaha dilupakan, cukup atur saja bagaimana cara kita agar tidak selalu mengusik kenangan yang berarti kita terus berjalan kebelakang. Ya, ke masalalu!

Tidakkah hidup ini masih panjang? Untuk apa kita harus larut dalam masa lalu dan masa depan jadi terbengkalai? Aku hanya ingin berfikir lebih dewasa. “Kaca yang rusak akan digantikan dengan kaca yang baru”. Hmmm.. semua terjadi pasti karena ada alasannya. Mengapa dia meninggalkanku, mengapa dia menghianatiku, mengapa dia selalu menghantuiku? Itu semua hanya perasaanku karena belum bisa bertindak maju dari masa lalu.

“Disaat kita nyaman dengan seseorang, kemudian dia pergi, saat dia kembali kondisinya tidak akan pernah sama”. Ya, memang benar. Karena waktu terus berjalan maju dan mengubah sifat seseorang. Ini hanya tentang kisah patah hatiku yang terdalam. Aku hanya ingin mencoba bangkit, lebih mengikhlaskan. Aku tahu, saat ini dia sudah mengukir kenangan baru dengan orang yang baru juga. Aku hanya berharap, mereka akan berbahagia. Aku hanya tidak ingin disangkut pautkan dengan hubungan mereka hanya karena aku masalalunya. Iya, dulu hidupmu adalah hidupku. Sekarang? Ini hidupku yang bukan hidupmu. Apapun yang terjadi dengan dirimu, aku tidak perlu tahu, begitu juga sebaliknya.

Ini hanya perkara aku, Tuhan dan juga waktu. Aku tidak takut lagi kehilangan dirimu. Jika scenario Tuhan memang sudah seperti itu dan waktunya pun telah tiba, aku bisa apa? Menangisimu? Lalu, apakah itu akan mengubah keadaan yang seperti ini? Tidakkan? Aku yakin, suatu saat kita akan bertemu lagi. Saat ini aku hanya ingin focus untuk memperbaiki diri sendiri. Seberapa jauh kamu pergi, jika memang kamu ditakdirkan untukku, kamu pasti akan kembali dan ku harap menjadi sosok yang lebih baik lagi.


-Jika patah hati karena seseorang, janganlah benci sifatnya, tapi bencilah perpisahannya-

Minggu, 10 Juli 2016

Gundah?

Suaramu terdengar di ujung sana, aku lega karena tahu kau baik-baik saja. Sejujurnya percakapan ini hanya keinginanku untuk meluruskan tentang "kita" di masalalu. Aku hanya tidak ingin terusik akan kisah-kisah usang yang pernah membuat aku terluka. Namun siapa sangka? Tiba-tiba terbuka pintu untuk kita kembali bersama.

Aku masih ragu. Aku masih tidak percaya akan dirimu. Entah mengapa, walaupun sebenarnya aku masih merindukanmu, menyayangimu, aku masih tidak bisa segera menerimamu kembali. Banyak sekali pikiran yang menggangguku.

Aku sangat takut, hanya seperti wanita bodoh yang akan mengulangi kesalahan yang sama! Lalu untuk apakah aku berjuang hingga berada diposisi saat ini jikalau aku tahu kau akan kembali? Apa artinya aku menangisi kepergianmu hingga aku jatuh sakit melihat kau tak peduli lagi padaku?

Haruskah begitu cepat aku terbuai akan hadirmu kembali? Haruskah aku membuka pintu hati ini? Aku masih tidak ingin merasakan sakit hati, membayangkannya pun bahkan tidak! Aku sudah asyik dengan duniaku saat ini. Duniaku tanpa "menanti". Aku sangat ragu, jika akhirnya aku kembali padamu, akankah waktu berjalan begitu lama lagi karena diriku mulai "menanti"?
Yaaa.. Disana waktumu akan berjalan cepat, karna kau berbahagia dengan yang lainnya, sedangkan aku, disini harus menunggumu kembali? Hanya untuk itukah aku berada dihidupmu lagi?
Ini bukan tentang "status" yang notabennya memiliki, tapi bagaimana cara kita agar bisa saling menyayangi tanpa menyakiti.

Selasa, 05 Juli 2016

Pergi untuk kembali ?

Kenapa harus pergi jika kau akan kembali? Apakah ini skenario permainanmu? Begitu pantaskah kau mempermainkan hati seseorang? Setelah kau hempaskan begitu hebatnya hatiku, aku berusaha bertahan dan kau hanya mengabaikan, lalu masihkah aku harus menjawab segitu dalamnya luka yang kau torehkan?

Iya, kau hanya melakukan misi pertamamu untuk “membuatku berhenti berharap”, congrats! Anda berhasil! Aku sudah mengubur lama keinginan itu. Namun apa yang kau lakukan sekarang? Punya misi selanjutnya untuk “membuat diriku kembali berharap?” sebercanda itu kah kehidupanku bagimu?

Jika memang kau masih menyimpan rasa, menyimpan kerinduan, mengapa “dulu” aku kau abaikan? Mengapa kau membuat misi pertamamu seperti itu? Tidakkah lebih indah jika kita sudah bisa kembali bersama dari dulu? Dibandingkan harus menyakiti hati satu sama lain, dan menyimpan perasaan sayang ini dalam-dalam?

Selasa, 07 Juni 2016

Jangan Usik Hidupku (lagi)

Hai masalalu?
Aaah, sebenarnya itu sesuatu yang tak perlu diungkit lagi. Semuanya sudah terkubur rapi di sudut hati, namun ada yang mengusikku lagi untuk mengingat luka yang ditorehkan seseorang. Yaaa..Seseorang, mungkin tepatnya sosok lelaki yang sudah menghuni hatiku selama 3 tahun silam. Dia dulu sangatlah berarti bagiku, aku terlalu menaruh hati padanya. Segala kepercayaan dalam suatu hubungan, selalu aku lakukan, dikhianati berkali-kali pun tak membuatku jera dan berpikir berpindah hati.

Hahaha, mungkin memang benar apa kata orang. Sepintar-pintarnya seseorang, dia akan bodoh juga kalau sudah jatuh cinta. Tai kucing rasa coklat. Apapun aku lakukan demi dia, karena tipu daya betapa pintarnya lelaki itu menebar janji manisnya. Selalu meyakinkanku “Akan menikahiku”.
Aku pikir ini sejenis hubungan yang bisa dibilang cukup serius. Berusaha 3 tahun lamanya untuk bersama tidaklah mudah. Banyak sekali rintangan yang sudah kita coba selesaikan. Namun akhirnya, aku menyerah dengan segala permainannya. Aku sudah lelah ditarik ulur tanpa henti. Dia bisa datang dan pergi sesukanya. Membuat aku bahagia sesaat, dan membuat aku meneteskan air mata lebih lama.

Dia lelaki yang baik-baik”, pikirku. Bahkan setelah lama kita berpisah, hatiku masih menomor satukan dia. Namun setelah aku membaca apa yang dituliskannya pada salah satu media sosial, ternyata aku tidaklah lebih dari “permainan” bagi dia. Dia menuliskan dengan sengaja bahwa dia kini telah berhasil membuatku tidak berharap lagi padanya.

Bangga? Entahlah, mungkin dengan menyakiti perasaan orang lain seperti itu merupakan kebahagiaan tersendiri baginya. Aku tidak menitikkan air mata saat membaca tulisannya, aku hanya tertawa karena  merasa sudah sangat bodoh 3 tahun berlalu aku sudah dibutakan oleh janji palsunya. Andai dia menyadari, Allah tidaklah tidur. Allah adalah hakim yang sangat bijaksana, yang akan membalas semua perbuatan sesuai dengan apa yang hambaNya lakukan. Tugasku, hanya bersabar membiarkan waktu bermain peran. Cepat atau lambat mungkin penyesalan akan menghampirinya, namun jangan harap waktu akan dapat berputar kembali seperti sedia kala. Ingatlah, kelak jodohmu merupakan cerminan dirimu. Aku hanya perlu berdamai dengan masalalu, berusaha tidak membencinya karena dia dulu pernah menjadi bagian dari diriku.