Hai masalalu?
Aaah, sebenarnya itu sesuatu yang tak perlu diungkit lagi. Semuanya
sudah terkubur rapi di sudut hati, namun ada yang mengusikku lagi untuk
mengingat luka yang ditorehkan seseorang. Yaaa..Seseorang, mungkin tepatnya
sosok lelaki yang sudah menghuni hatiku selama 3 tahun silam. Dia dulu
sangatlah berarti bagiku, aku terlalu menaruh hati padanya. Segala kepercayaan
dalam suatu hubungan, selalu aku lakukan, dikhianati berkali-kali pun tak
membuatku jera dan berpikir berpindah hati.
Hahaha, mungkin memang benar apa kata orang. Sepintar-pintarnya seseorang, dia akan bodoh juga kalau sudah jatuh cinta. Tai kucing rasa coklat. Apapun aku lakukan demi dia, karena tipu daya betapa pintarnya lelaki itu menebar janji manisnya. Selalu meyakinkanku “Akan menikahiku”.
Aku pikir ini sejenis hubungan yang bisa dibilang cukup
serius. Berusaha 3 tahun lamanya untuk bersama tidaklah mudah. Banyak sekali
rintangan yang sudah kita coba selesaikan. Namun akhirnya, aku menyerah dengan
segala permainannya. Aku sudah lelah ditarik ulur tanpa henti. Dia bisa datang
dan pergi sesukanya. Membuat aku bahagia sesaat, dan membuat aku meneteskan air
mata lebih lama.
“Dia lelaki yang baik-baik”, pikirku. Bahkan setelah lama kita berpisah, hatiku masih menomor satukan dia. Namun setelah aku membaca apa yang dituliskannya pada salah satu media sosial, ternyata aku tidaklah lebih dari “permainan” bagi dia. Dia menuliskan dengan sengaja bahwa dia kini telah berhasil membuatku tidak berharap lagi padanya.
Bangga? Entahlah, mungkin dengan menyakiti perasaan orang
lain seperti itu merupakan kebahagiaan tersendiri baginya. Aku tidak menitikkan
air mata saat membaca tulisannya, aku hanya tertawa karena merasa sudah sangat bodoh 3 tahun berlalu aku
sudah dibutakan oleh janji palsunya. Andai dia menyadari, Allah tidaklah tidur.
Allah adalah hakim yang sangat bijaksana, yang akan membalas semua perbuatan
sesuai dengan apa yang hambaNya lakukan. Tugasku, hanya bersabar membiarkan
waktu bermain peran. Cepat atau lambat mungkin penyesalan akan menghampirinya,
namun jangan harap waktu akan dapat berputar kembali seperti sedia kala.
Ingatlah, kelak jodohmu merupakan
cerminan dirimu. Aku hanya perlu berdamai dengan masalalu, berusaha tidak
membencinya karena dia dulu pernah menjadi bagian dari diriku.