Selasa, 07 Juni 2016

Jangan Usik Hidupku (lagi)

Hai masalalu?
Aaah, sebenarnya itu sesuatu yang tak perlu diungkit lagi. Semuanya sudah terkubur rapi di sudut hati, namun ada yang mengusikku lagi untuk mengingat luka yang ditorehkan seseorang. Yaaa..Seseorang, mungkin tepatnya sosok lelaki yang sudah menghuni hatiku selama 3 tahun silam. Dia dulu sangatlah berarti bagiku, aku terlalu menaruh hati padanya. Segala kepercayaan dalam suatu hubungan, selalu aku lakukan, dikhianati berkali-kali pun tak membuatku jera dan berpikir berpindah hati.

Hahaha, mungkin memang benar apa kata orang. Sepintar-pintarnya seseorang, dia akan bodoh juga kalau sudah jatuh cinta. Tai kucing rasa coklat. Apapun aku lakukan demi dia, karena tipu daya betapa pintarnya lelaki itu menebar janji manisnya. Selalu meyakinkanku “Akan menikahiku”.
Aku pikir ini sejenis hubungan yang bisa dibilang cukup serius. Berusaha 3 tahun lamanya untuk bersama tidaklah mudah. Banyak sekali rintangan yang sudah kita coba selesaikan. Namun akhirnya, aku menyerah dengan segala permainannya. Aku sudah lelah ditarik ulur tanpa henti. Dia bisa datang dan pergi sesukanya. Membuat aku bahagia sesaat, dan membuat aku meneteskan air mata lebih lama.

Dia lelaki yang baik-baik”, pikirku. Bahkan setelah lama kita berpisah, hatiku masih menomor satukan dia. Namun setelah aku membaca apa yang dituliskannya pada salah satu media sosial, ternyata aku tidaklah lebih dari “permainan” bagi dia. Dia menuliskan dengan sengaja bahwa dia kini telah berhasil membuatku tidak berharap lagi padanya.

Bangga? Entahlah, mungkin dengan menyakiti perasaan orang lain seperti itu merupakan kebahagiaan tersendiri baginya. Aku tidak menitikkan air mata saat membaca tulisannya, aku hanya tertawa karena  merasa sudah sangat bodoh 3 tahun berlalu aku sudah dibutakan oleh janji palsunya. Andai dia menyadari, Allah tidaklah tidur. Allah adalah hakim yang sangat bijaksana, yang akan membalas semua perbuatan sesuai dengan apa yang hambaNya lakukan. Tugasku, hanya bersabar membiarkan waktu bermain peran. Cepat atau lambat mungkin penyesalan akan menghampirinya, namun jangan harap waktu akan dapat berputar kembali seperti sedia kala. Ingatlah, kelak jodohmu merupakan cerminan dirimu. Aku hanya perlu berdamai dengan masalalu, berusaha tidak membencinya karena dia dulu pernah menjadi bagian dari diriku.